Tiba-tiba kepekaanku muncul, ketika menunggu si pustakawan
mendatanya.
Dari kejauhan, sebuah tatapan tajam berselimutkan kacamata seperti
tak berujung ditujukan ke arahku.
Kulihat, sekelibat orang malah sibuk jongkok dan berdiri
mencari di antara rentetan buku.
“Ah, hanya perasaanku.”
Tiba-tiba, mataku seperti tertarik magnet, ke sumber suara, tepat arah jam empat di
belakangku.
“Kamu yakin mau buat ringkasan dari tumpukan itu?”
“Iya, kenapa memangnya?”
“Butuh bantuan?”
“Tak usah.”
Aku tak berani menatapnya. Ya, sepasang mata itulah yang
membuat aku tak berhasil tidur nyenyak saat pertama kali aku membawanya ke
dalam mimpiku.
Diikutsertakan dalam #FF100Kata. (http://sindyisme.blogspot.com/2013/11/ff100kata.html)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar