Desember 18, 2015

Pilu

"Hai, selamat pagi!"

"Ini siapa?"

"Lihat saja namanya siapa. Semangat buat hari ini, ya!"

Tertulis, Andri.

Dasar tidak sopan. Katanya tadi malam ingin menelpon pacarnya dengan alibi sinyal. Dia malah dapat nomer baruku, dan aku 'dipaksa' untuk punya nomernya.

Iya, pacarnya dia. Aku tidak salah ngomong.

Kita sudah tidak ada hubungan sejak dia kuliah di luar negeri. Dengan alasan jarak, rasanya sangat manusiawi jika aku tidak akan memberikan kepercayaanku kepada lelaki buaya itu.

Benar saja, seminggu setelah kepergiannya, kulihat instagram-nya dan dia meng-upload foto berpelukan dengan seorang gadis berwajah keturunan latin.

Setelah 5 tahun sejak kepergiannya, Andri kembali dengan membawa perasaan tanpa berdosa ke tanah air dan mengajakku makan malam.

Juni 12, 2015

Sebut Saja, Bahagia

Kita sedang tertawa menertawai dinding. Dinding yang bahkan tak tau dimana letak kesalahannya hingga harus kita tertawai dengan kalap.

“Apa kau bahagia?”

“Ya, tentu.”

“Kalau begitu, mari kita pindah. Hahaha.”

Lalu dinding yang tenang tadi berubah menyerupai sebuah taman dengan sebuah kursi panjang yang terlihat nyaman.

Setengah Pelengkap

"Cause everything I have, I gotta give it for you, cause you are my everything."

Tak peduli, jika kau tak memiliki sepasang sayap utuh, kau akan tetap menjadi milikku yang sempurna, jika di kesunyian malam, kau merindukan suara dan wajahku, panggilah aku dengan nada mesra milikmu, kiss me in a late night, dan aku akan hadir di sisimu, menyelimutimu dengan ketentraman, meskipun kau terus menggigil olehnya. Jika kau sedetik kemudian memikirkanku, just call me baby, I'll wake up to come with you.

Mengobati rasa sakitmu, mengobati pedihmu diantara ruas sayapmu yang putus, tapi aku percaya untuk sebuah kekuatan, cinta dan kesetiaan yang sama-sama kita pupuk, akarnya telah menyerabut hingga jantung kehidupan, dan kau bisa mempercayaiku untuk menjadi setengah sayapmu yang hilang, karena cinta tak pernah memandang raga seorang. Karena cinta membuktikan mampu meggenapkan hati yang dulunya ganjil dan aku tak pernah menyesal bisa hidup bersama denganmu.


-teruntuk para difabel.

April 09, 2015

Dia, Semesta, dan Masa Lalu

“Kamu ke mana saja selama ini?”

Suara yang tak pernah lagi terdengar sejak beberapa tahun terakhir itu tiba-tiba saja muncul, dengan pertanyaan yang cukup membingungkan.

Ke mana saja?

Aku?

Selama ini?

-----------

Ia teman masa kecilku, bersama dengan beberapa teman lainnya, kami sering menghabiskan waktu bersama, belajar mengaji di salah satu rumah tetangga, bermain seluncuran dengan pelepah kelapa kering di bukit di belakang komplek perumahan, jogging bersama di minggu pagi, bahkan menemani mereka bermain kelereng atau benteng-bentengan.

Maret 04, 2015

Turut Bahagia, Kak

"Kau tahu kakak itu?"

"Anak basket itu? Aaah, kau menyukainya ya?"

"Jangan mengada-ada. Jangan buat gosip!"

"Baiklah, asal kau tahu. Pacarnya itu anak modelling. Mau bersaing dengan dia? Jangan harap."

"Oh ya? Yang mana dia?"

"Itu! Dia sedang dengan bersama gerombolannya!" tunjuknya.

Kulihat kemana jari telunjuk Nana terarah.

Dia

"Hahaha! Dasar orang aneh."

Dia menertawaiku.

"Lihat dirimu. Rasanya sudah tak perlu aku menyuapkan makanan ke mulutmu itu kan?"

Dia mengejekku.

"Ayo bertumbuhlah, kau lupa akan perjanjian kita? Kita akan sukses bersama-sama! Apa kau sudah menyerah?"

Dia meremehkanku.

Maret 02, 2015

Seven Something

Ini review film saya yang ketiga. Film Thailand, dan agak lama sih. Awalnya saya tidak tahu apa maksud dari film ini. Tapi ternyata, jika kita tahu apa intinya, maknanya bener-bener dalam. Enjoy! 

Poster Utama "Seven Something"

Judul Film : Seven Something (รัก 7 ปี ดี 7 หน (Rak Jed Pee Dee Jed Hon)
Produser dan Director: Jira Maligool, Adisorn Tresirikasem, Paween Parijtipanya
Release date: Juli 26, 2012 (Thailand)
Pemeran: Jirayu La-ongmanee, Suthatta Udomslip, Nichkhun, Suquan Bulakul, Sunny Suwanmethanont, Sirin Horwang

Februari 18, 2015

Begitu Caramu?

Menjadi kecil bukan berarti menjadi tak berguna. Kadang memang harus ada pengorbanan lebih bagi seorang kecil di tengah masalah yang terus menderu.

Ting tong!

Bell rumah yang sudah biasa terdengar itu berdering kembali dan memaksaku untuk beranjak keluar dari tempat peristihatanku.

Kubuka pintu dan hanya termenung yang bisa kulakukan.

“Ayah? Kau ayahku?”

Februari 03, 2015

Maaf


Dear diary,
Kadang, rasanya ingin tutup telinga. Supaya tidak mendengar terlalu banyak. Supaya tidak merasa cukup tahu. Di sini, terlalu banyak merasa mengetahui benar-benar jebakan manis untuk diri sendiri. Iya, jebakan manis. Seolah-olah menyenangkan. Padahal bikin depresi.

JLEB! Seketika aku menelan ludah setelah membaca kalimat-kalimat itu.

Tahukah kau, di sini juga begitu. Terlalu riuh karena manusia-manusia yang tak henti-hentinya bercerita ini-itu, dan sebagian besar melulu tentang masalah hidupnya. Bukannya aku menguping, tapi tak sengaja mendengar yang berlanjut pada fase ingin tahu, kemudian bosan, dan masuk pada fase cukup tahu hingga kini sudah pada fase tak mau tahu. Tapi sayangnya, suara-suara itu masih saja bersahutan, semakin ramai malah. Dan aku–bisa dikatakan–mulai depresi karenanya.