Kata orang, the time you feel lonely
is the time you most need to be by yourself. Terry, 22 tahun, mahasiswa semester
akhir di salah satu universitas swasta terkemuka di ibu kota. Dia berhasil
merampungkan studinya hingga saat itu dengan kerjaannya, escort boy. Ya,
jajan sehari-harinya didapat dengan ‘menjajakan’ dirinya, tentu saja dengan ‘permainan’
yang cukup aman.
Semuanya berawal dari ketika Terry
duduk manis di deretan pinggir sebuah café, di salah satu mall elit Jakarta.
Jemarinya menari cepat di atas laptop dengan memanfaatkan wi-fi setempat. Anak
yang cukup frontal, dari penampilannya sudah sangat terlihat kalau dia memang
seorang… cowok bayaran.
“Cowok bayaran?” Terry masih sangat ingat,
wanita yang sedang menghirup dalam-dalam udara
sore di sampingnya itu, membuka pembicaraan.
“Yep, ada yang bisa saya bantu?” suara Terry
yang berat menjawab. Dia sudah terbiasa dengan pertanyaan itu, dan tentunya dia
sudah bisa menebak, apakah yang bertanya itu hanya mengetesnya atau untuk ‘memesannya’.
“Engg… kalau cowok bayaran gitu, sorry…
maksud gue, sejauh apa gue bisa memperlakukan lo?” tanya wanita itu hati-hati.
“Maksudnya?”
“Hanya one night service atau …
bagaimana?”
“Gue masih belum ngerti. Biasanya ya
dibayar untuk sekali melakukan make out dengan wanita mana pun yang
membayar gue, tentu sesuai rate per malamnya.”
“Kalau gue booking seminggu, gimana?”
“Hah? Seminggu?” Segitu maniak seks-nya
kah wanita ini sampai-sampai ingin bercinta selama seminggu. Terry menjawab, “Are you okay?”
“I’m good. Gue akan bayar
seminggu, beserta tiket pesawat dan penginapannya.” ujar wanita di hadapannya yang
membuat Terry terkejut.
“Bentar…
lo mau ngajak gue ke mana?”
“Bali, for a week. Semuanya gue
yang tanggung. Gue butuh temen soalnya.” tandas wanita itu, yang membuat Terry
semakin termangu.
Seriously, ini memang bukan
yang pertama kali buat Terry harus menemani client-nya bercinta plus
jalan-jalan kemana pun yang mereka mau. Tapi, tak sampai untuk keluar daerah,
bahkan keluar pulau. “Tapi, gue bukan anak cupu yang gak berani dan gak mau kemana-mana. Asal
ada yang ngalokasiin dana, gue pasti berangkat, kemana pun gue jabanin.” pikirnya.
Bukannya Terry gak mau menerima rezeki
nomplok seperti ini. Di kepalanya, bercinta di Bali, how sexy, apalagi
sambil liburan dan jalan-jalan. Terry memang lagi butuh itu buat menjernihkan
pikirannya yang sudah jenuh dengan kuliahnya, dan tentu dengan pekerjaan
seperti ini. Tapi, Terry bukan cowok sembarangan yang menerima tawaran banyak
wanita untuk menemaninya dengan iming-iming bayaran dalam jumlah besar apalagi
dibonusin liburan, yang seperti bermottokan, ‘kapan lagi?’
“Kenapa
lo ngajak gue? Bukan temen-temen atau bahkan keluarga lo?” tanya Terry sopan.
Terry mendengar wanita itu menghela napas
berat. “Gue baru ditinggal pacar gue. Padahal udah ada rencana buat nikah,
tapi, yah… permasalahan klasik.” katanya. Terry menatap sedikit isak tangis di pipi
sang gadis itu. “Gue butuh orang untuk mendengar semua cerita gue, untuk ada di
samping gue. Bukan, bukan orang yang gue kenal, melainkan yang gue baru temuin.
Gue tahu melarikan diri dengan cara ini adalah ide gila, bahkan gak akan
menyelesaikan masalah gue atau malah membuat mantan gue balik lagi sama gue. Tapi
gue gak tau harus ngapain…“
Akhirnya Terry mengiyakan tawaran
wanita itu yang memperkenalkan diri, dengan nama Kezia.
***
“Ter, sejak kapan lo mulai jadi escort
boy, gitu? Gak pengin ikut kontes-kontes kayak L-Men atau semacemnya? Atau
mungkin jadi model gitu?” lirik Kezia sambil sengaja melepaskan kacamatanya dan
melirik lekuk tubuh Terry penuh minat. Enam persegi yang tercetak sempurna di
perut Terry, yang seperti terfotokopi tepat di kemeja garis-garis yang
dikenakan Terry. Imannya juga seperti diuji dengan pandangan bola matanya yang
menjalar di bagian otot-otot bisep dan trisep milik Terry. Kezia mengenakan
kacamatanya kembali, takut gelap mata.
“Hahaha… tumben-tumbenan ada yang nanya
gue begini loh, Kez. Biasanya cuman tinggal make doang,” tawa Terry berderai
diikuti Kezia yang menyandarkan tubuhnya di dada Terry. “Pernah, mungkin lima
tahun yang lalu, Kez. Ah, sama aja ternyata ikut-ikutan begitu. Apa bedanya,
sih. Toh, yang ditonjolin aurat-aurat juga.”
Kezia tertawa manis saat pelan-pelan Terry
mengelus kepalanya kemudian membenahi poninya.
Pada detik yang lain, saat bola mata bersampulkan
softlens milik Kezia menatap Terry dalam-dalam,
seperti ada yang berdesir di dalam tulang rusuk Terry. Pertama, dia merasakan
penyesalan yang teramat sangat. Dia seperti menyadari, bahwa tindakannya jauh
dari kata gentleman jikalau boleh menyampingkan pekerjaannya itu. Maksudnya,
semua biaya yang dikeluarkan Kezia, khusus hanya untuknya. Kedua, Kezia seperti benar-benar
menghargai dirinya. Dia tahu bagaimana memperlakukan laki-laki dengan baik,
apalagi kepada dirinya yang sebenarnya bukan siapa-siapanya dan gak perlu
diperlakukan se-special ini, sebagai
cowok yang terbiasa membuka celana untuk banyak wanita dan dibayar.
Ketiga, dia sepertinya jatuh cinta. Terlalu cepat, Terry tahu. Bukannya cinta
itu sering datang tiba-tiba? Dan, kebanyakan orang-orang akan menolak kehadiran
cinta itu dengan berusaha untuk memungkiri dan memutarbalikkan keadaan yang
pastinya hanya menyakiti dirinya sendiri.
Terry tersentak. “Eh, maaf. Nanya apa
barusan?”
Kezia tersenyum, kemudian mengecup
bibir Terry dengan cepat. “Gak kok. Gak tanya apa-apa.”
Entah kenapa, muka Terry merona
seketika.
Kezia tertawa sebelum bibirnya dilumat Terry, di salah satu hotel ternama tepat depan pantai Kuta, Bali.
***
Lagu “Take me or leave me” versi Glee
menyambut Kezia saat dirinya membuka pintu café berplang ‘Diamond Snack n’ Coffee’.
“Selamat datang, Bu Terry.” suara ramah
seorang pelayan yang sedang memasukan rainbow cake susun 7 warna yang masih hangat
ke dalam etalase, menyapanya.
“Iya mas, pak Terry mana?” belum sempat
pelayan tersebut menjawab, “Cappucino Latte-nya satu, ya,” tambahnya,
kemudian duduk di salah satu kursi di dalam ruangan itu.
Dari kejauhan Kezia melihat Terry turun
dari tangga sambil keduanya saling melontarkan senyuman ala pasangan suami
istri.
“Kamu udah lama nyampenya?” tanya Kezia
kemudian mengecup kening istrinya.
“Barusan kok.”
Perbincangan terus berlanjut seiring
pengunjung café terus silih berganti.
***
Jam tangan bermotif salah satu kartun
Disney milik Kezia sudah menunjukkan pukul 8 malam. Keadaan Bandara
Internasional Ngurah Rai saat itu masih padat meskipun kebanyakan agro
penerbangan akan menerbangkan masing-masing rute penerbangan terakhirnya pada
hari itu.
Malam itu, saat Terry dan Kezia harus
berpisah dan terpisah. Perasaan mereka? Yah… seperti telur yang direndam di
dalam air cuka. Dari keras dan tak gampang pecah jika tak diganggu, menjadi
lunak dan gampang rapuh. Perpisahan ala semua orang, cium pipi kanan, pipi
kiri, kening, dan tentunya, bibir. Kezia mencoba untuk menahan tangisannya,
meski isak sudah terlihat jelas dari matanya yang berkaca-kaca, sambil berjalan
menuju parkiran taxi.
“Kez, tunggu… “
Kezia menoleh pelan, “Ya, Ter?”
Terry melepaskan pegangan kopernya dan
berjalan mendekati Kezia yang mendadak bingung. Terry tahu ini agak-agak norak
dan seperti meniru kebanyakan adegan FTV. Tapi dia gak tahu kapan lagi
ada kesempatan seperti ini. Hasilnya dia gak peduli. “Gak tahu kenapa, seminggu
yang dulu itu, membuat gue banyak belajar dari lo.” Terry menggaruk kepalanya
yang gak gatal, kemudian tersenyum jayus. “Yang jelas bukan gaya bercinta baru.
Saat bersama dengan lo, gue merasa jadi diri sendiri. Bukan Terry yang harus
berpura-pura nafsu dengan ‘pasangannya’. Bukan Terry yang harus berpura-pura
suka dan semangat melakukan ‘tugasnya’. Bukan Terry yang… “
Kezia sebenarnya ingin tertawa saat mendengar
ucapan-ucapan Terry saat itu, tapi dia berusaha untuk mendengarkan kelanjutannya dengan
muka memerah.
Jujur saja, Terry hampir tidak pernah untuk
ngomong sok cute begini kepada wanita. Dia hanya paling jago untuk
memuji kehebatan pasangan making love-nya yang menguasai berbagai gaya
bercinta. Jadi, kalau harus ngomong seperti ini, apalagi yang harus pakai
perasaan dan hati, dia benar-benar seperti bocah laki-laki yang pertama kali
mimpi basah, yang bahkan tidak tau apa arti dari mimpi basah sendiri. Linglung,
seperti anak kehilangan arah. Malah sampai bingung untuk mendeskripsikan
perasaannya sendiri, bahkan ke istrinya. Jadi dia malah melanjutkannya
dengan salah satu quote yang seperti
baru diciptakannya sendiri, padahal sudah ada penyanyinya, yang menceritakan
dan mewakili seluruh perasaannya;
“Beautiful girl, wherever you are, I
know when I saw you, you had opened the door, I knew that I’d love again, after
a long, long while, I’d love again.”
“With?” ledek Kezia.
Tanpa
jawaban, simpel, sebuah kecupan bersarang lagi tepat di lekukan bibir manis
berbentuk mirip bulan sabit milik Kezia. Yang mana, itu adalah kecupan
terdahsyat yang pernah dilakukan dan diberikan oleh Terry kepada wanita-wanita
yang pernah menjadi ‘pelanggannya’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar