November 18, 2013

Cinta Dibalik Kacamata

Meja langsung penuh dengan sebelas buku antropologi tebal yang akan kupinjam.

Tiba-tiba kepekaanku muncul, ketika menunggu si pustakawan mendatanya.

Dari kejauhan, sebuah tatapan tajam berselimutkan kacamata seperti tak berujung ditujukan ke arahku.

Kulihat, sekelibat orang malah sibuk jongkok dan berdiri mencari di antara rentetan buku.

“Ah, hanya perasaanku.”
 
Tiba-tiba, mataku seperti tertarik magnet,  ke sumber suara, tepat arah jam empat di belakangku.

“Kamu yakin mau buat ringkasan dari tumpukan itu?”

“Iya, kenapa memangnya?”

“Butuh bantuan?”

“Tak usah.”

Aku tak berani menatapnya. Ya, sepasang mata itulah yang membuat aku tak berhasil tidur nyenyak saat pertama kali aku membawanya ke dalam mimpiku.


Diikutsertakan dalam #FF100Kata.  (http://sindyisme.blogspot.com/2013/11/ff100kata.html)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar