Januari 26, 2014

Sepotong Curhatan Anak Kelas Tingkat Akhir

Gak mau nge-post yang aneh-aneh. Iya, berhubung saya masih 17 tahun, saya belum berani dong nulis yang vulgar-vulgar? Kalo gak percaya, cek tulisan saya yang ini deh.

Kembali ke benang merah.

Mau bahas try out.

Iya, try out.

Apa coba yang dibahas? Bukan, bukan bahas ketidaklulusan saya di try out sekolah pertama, bukan. Itu terkesan hina dengan peringkat 20 dan predikat ‘TL’ di kolom terakhir pada kertas pengumuman hasil try out itu.

“Dua? Nilai apa itu dua?” –mama.

Iya, jujur aja, nilai try out matematika pertama saya... dua koma dua lima.

*krik*

Memang gak ada persiapan sama sekali, gak ada buka buku sama sekali.

Tapi disela-sela kehinaan, tetap saja saya membela untuk kembali mengangkat harga diri saya: “Ah, kan masih try out pertama, wajar dong.” atau “Yang lain juga jelek kok, coba liat deh, cuman lulus dua orang sekelas.” atau bahkan “Itu yang gak lulus cuman matematika kok, yang lain tuntas. Kalo matematika tuntas, pasti lulus hasilnya, seriusan deh.”

Eh, tadi janjinya apa? Gak ngebahas try out pertama kan? Kampret.

Disini cuman mau… apa ya istilahnya, mau sharing mungkin yak.

Tekad ‘aneh-bagi-orang-lain’ yang muncul di benak saya ketika hari pertama masuk di tahun 2014 kemaren setelah melihat hasil try out yang menjatuhkan harga diri itu adalah, “Ah, nanti try out selanjutnya sampai ujian nasional, mau gak nyontek, ah.”

*krik*

Oke. Jujur, gak nyontek itu susahnya setengah mati. Mungkin niat buat gak nyontek pas ulangan itu sudah ada dari kelas 11. Tapi kerap kali, tetap saja, pertahanan iman saya jebol. Mata refleks lirik kiri-kanan-depan-belakang dengan beribu-ribu alasan, mulai dari pinjam rautan, penghapus, tipe-x, penggaris, sampai minta isi pensil mekanik. Gaul? Ya, dong.

Berlanjut hingga kelas 12 ini. Pertahanan pas ulangan juga masih sering amblas. Karena tak kuat dengan godaan dan ancaman ‘nilai jatuh di rapot’, ya masih saja bola mata ini bergerilya ke kertas ulangan anak di sekitar. Gak, gak asal nyontek, kadang diperiksa lagi. Bukan, bukan meriksa dengan cara yang benar seperti mengoreksi, melainkan melihat semua pilihan jawaban, dan berusaha menemukan mana jawaban yang tiba-tiba bersinar atau tiba-tiba menjadi tebal atau besar. Yap, saya tahu saya kreatif. Tapi, kayak gitu gak sering kok, beneran, itu bukan membela diri, serius.

Singkat kata, sekarang hari minggu. Seminggu dari hari senin kemarin adalah try out sekolah kedua.
Yeah! Pertahanan saya masih utuh. Gak sih, gak utuh juga. Sebenarnya ada yang lihat jawaban teman, tapi jawabannya beda dengan saya, tapi tetap pakai jawaban saya. Memilih jawaban yang bener pada waktu itu sambil komat-kamit, seriusan, bingung pilih mana yang bener. “Ah, sudalah, kalau salah ya gak apa-apa, masih ada try out ketiga.” kata hati kecil saya.

Dan… besok adalah try out kota pertama.

Iya, try out, kota.

Try out pertama ada biologinya. Iya, pelajarannya guru kesayangan.

Belum menyentuh bukunya sampai sekarang, H min 12 jam. Belum menyentuh buku tebal itu. Belum baca bab-bab sel, virus, sistem pencernaan, reproduksi, sampai bab bioteknologi.

Niat buat gak nyontek itu masih ada. Semoga terus ada, ya.

Karena Tuhan pasti melihat anak-Nya yang jujur dan berusaha semampunya, pasti Ia akan menolongnya dengan kemenangan. Ah, maaf, kata-katanya lagi bener.

Udah, gitu aja.

Try out, jangan bunuh saya pelan-pelan, meng-gampang-lah.

Buku ‘cerdik’nya Bu Dennis, menjadi tipislah. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar