Juni 22, 2014

(Maha)siswa

Hai! Ah, akhirnya saya menjamah blog ini lagi.

Oh ya, waktu saya nulis part ini, detik ini juga saya sudah bukan berstatus pelajar loh.

Sorry, “pelajar”? Apa itu? Yang masih mengenakan seragam dan masuk pagi pulang siang itu? Bertemu guru yang itu-itu saja dan cuman bisa belajar, belajar, dan cebok? Muahahaha, akhirnya saya setidaknya bisa mem-bully manusia-manusia berstatus pelajar. :’)

Percayalah, menurut saya, yang buat bahagia saat lulus SMA itu bukan karena nilai bagus atau apapun, tapi karena akhirnya saya lepas dari gelar “pelajar”. *coret-coret kartu pelajar*

Puji Tuhan, saya akhirnya berhasil mengelarkan “musibah-musibah” di tingkat sekolah menengah atas. Tepat pada tanggal 20 Mei 2014, saya, Kevin Laurens Siahaya, resmi dinyatakan lulus! *nari barong*

Yang penting, LULUS.

Nilai? Ah, gak usah ditanya. Cukup mengenaskan. Bahkan nilai UN kimia yang saya yakin pasti bagus, yang hanya saya kerjakan dalam waktu satu jam saat ujian, mendapatkan perolehan terendah. Berapa? Lima. Ya, lima koma nol nol. *nyayat urat arteri*

Pokoknya setelah total dirata-rata, nilai akhir saya cuman 7,4. Sedih, banget. Tapi, entah kenapa buanyak banget yang bilang “itu bagus”. What the ****? Where’s the great one of that fuckin’ final score? Hoam. Intinya, saya kan tetap termasuk di bagian 99,41% dari seluruh hasil kelulusan se-Indonesia.

Lagi-lagi saya patut mengucapkan puji Tuhan, tanggal 27 Mei 2014, dari website resmi: www.snmptn.ac.id, nama saya tercantum dengan predikat “Selamat, anda dinyatakan lulus SNMPTN 2014”! Ah, bener-bener speechless. Waktu pengumuman dikeluarkan, saya lagi di Bali. Lebih tepatnya lagi di atas tol atas laut dekat bandara, lebih tepatnya lagi duduk di mobil bagian belakang sendiri sambil gemetaran mau buka website itu. Dan pas sudah terbuka websitenya, saya loncat. Iya, loncat di mobil. Kejedot? Enggak, nendang ujung payung yang lancip iya.

Semoga UB tidak menyesal menerima saya sebagai salah satu calon mahasiswanya.

Waktu terus berlalu hingga akhirnya tiba untuk daftar ulang. Disela-sela waktu yang kurang dari 2 minggu dari pengumuman itu, saya harus mondar mandir warnet-pak RT-pak RW-RSUD-warnet lagi. Total ada 15 berkas yang diminta, mulai dari scan KTP, sampai foto kamar mandi. Semuanya harus di-upload sebelum tanggal 13 Juni 2014. Tanggal 11 Juni 2014, data saya sudah lengkap semua dan sudah siap upload. Iseng-iseng, dateng ke pusat informasi untuk daftar ulang di rektorat UB. Semua pertanyaan sudah disiapkan dan ternyata semua jawaban yang diterima sangat beda dengan kenyataan. Yang paling parah adalah, semua data harus discan, gak boleh difoto. Jedeeeeer, kebanyakan data saya itu…difoto. Tengkiyu mbak-mbak-medok-jahat. Fix, sorenya, saking stressnya, akhirnya saya upload semua brkas. Nanti gimana kalo ada apa-apa? Sebodo amat.

Tanggal 17 Juni 2014. Daftar ulang SNMPTN 2014. Akhirnya saya bisa membuktikan sendiri, “gimana susahnya nyari parkiran di salah satu kampus favorit se-Indonesia ini”. Dan (lagi-lagi) untungnya, bisa dapet parkir…diluar area kampus. Kebayang, semua manusia yang diterima SNMPTN di UB kumpul di satu tempat, plus peserta SBMPTN yang tes di UB, plus mahasiswa-mahasiswa lama yang sengaja ke kampus dengan tujuan (yang katanya) mau cuci mata liat bocah-bocah mahasiswa baru. Yak, saya masuk ke Samantha Krida dan duduk dengan lucu di deretan ke 27 dari depan. Fyi, sistem majunya itu dari kiri ke kanan dan mengular hingga yang paling akhir. *hening*

Singkat cerita, sudah selesai daftar ulang, yang dimana hanya diisi dengan kegiatan menggeser-geser bokong dari satu kursi ke kursi lainnya selama 4 jam lebih, dan daftar ulangnya hanya kurang dari 3 menit.
Belum! Saya belum resmi jadi maba UB. Masih bisa gak lolos verifikasi nilai rapot. Kalau tidak lolos, harus ke gedung rektorat lagi bersama perwakilan pihak sekolah untuk mempertanggungjawabkan nilai rapot. Tolong Tuhan, buat saya untuk berkata “puji Tuhan” lagi ya. :’)

Eh maaf ya, sebenernya lagi gak mood nulis. Jadi postingannya selebihnya curhat, agak gak berbobot, dan tidak menunjukan sama sekali nilai estetika keindahan dalam menulis. Tsaah.

Sekian. *kecup basah*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar